Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemulihan ekonomi global terus berlangsung dengan kondisi yang tidak selalu mulus dan mudah.
Berbagai risiko, seperti kondisi geopolitik, menjadi tantangan yang dihadapi pelbagai negara.
“Kami menghadapi risiko yang mungkin berasal dari perubahan konflik geopolitik dan juga memicu kenaikan harga komoditas dengan menciptakan beban tambahan dari gangguan rantai pasokan awal,” kata Sri Mulyani dalam acara Indonesia Financial Group, Senin, 30 Mei 2022.
Dia berujar, tanda-tanda perlambatan kegiatan ekonomi yang terjadi di beberapa negara berlangsung seiring dengan meningkatnya inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas, pangan, dan energi.
Kondisi itu juga menambah risiko penurunan pemulihan ekonomi.
Inflasi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, serta pengetatan kebijakan moneter, kata dia, jelas menjadi salah satu risiko terpenting yang perlu diwaspadai.
Risiko ini pun perlu dikelola dengan hati-hati oleh sistem organisasi dan lembaga keuangan.
“Indonesia dalam hal ini tidak terkecuali,” kata mantan bos Bank Dunia itu.
Sri Mulyani melanjutkan, meskipun inflasi masih tetap terkendali dalam batas yang aman, fundamental ekonomi juga sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Indonesia harus tetap terus mewaspadai risiko-risiko tersebut.
Selain momentum pemulihan , neraca eksternal Indonesia pun menunjukkan ketahanan yang cukup baik.
Neraca perdagangan negara tercatat mengalami surplus tertinggi sepanjang masa.
“Tetapi kita harus sangat waspada terhadap risiko ekonomi global yang meningkat ini.
Ekspektasi kenaikan suku bunga, serta pengetatan likuiditas, tentunya akan berimplikasi signifikan terhadap volatilitas sektor keuangan,” kata Sri Mulyani.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Leave a Reply